Selasa, 24 Februari 2009

Peluang capres

PELUANG CAPRES 2009-2014
11/11/2007 03:54
Kendati belum berakhir masa jabatan presiden dan wakil presiden periode 2004-2009, suhu politik Tanah Air sudah menghangat. Ini dipicu oleh meningkatnya aktivitas tim pemenangan pemilihan umum dari masing-masing partai politik. Secara sembunyi-sembunyi gerilya tampaknya sudah dilakukan mulai dari menebar poster, spanduk, hingga dari pintu ke pintu. Dan, secara terang-terang kader partai melakukan silaturahmi politik hingga konsolidasi. Sejumlah nama calon atau bakal calon presiden 2009-2014 sudah muncul. Angka-angka hasil survey pun telah dilansir ke publik. Sebelumnya sejumlah pengamat politik memang telah meramalkan, selama kurang dua tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla berakhir, kegiatan penggalangan dukungan akan mewarnai iklim politik di Indonesia. Sebagian masyarakat sendiri mulai ikut larut dalam euforia perhelatan nasional tersebut. Mereka mulai melirik dan menimbang-nimbang siapa tokoh yang akan diusung nantinya. Barang tentu karena pemberian dukungan terhadap seorang calon memiliki arti penting terhadap nasib bangsa umumnya dan kesejahteraan mereka khususnya. Pertanyaan yang muncul saat ini, akankah Susilo Bambang Yudhoyono terpilih kembali menjadi presiden RI periode 2009-2014? Ataukah ia harus lengser, digantikan tokoh yang dianggap anggap lebih mampu memimpin negeri ini? Dari beberapa tokoh yang disebut-sebut sebagai calon presiden periode 2009-2014 posisi teratas masih ditempati oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagian kalangan menilai SBY sebagai seorang yang cerdas dan kharismatik. Mereka juga mengakui SBY sebagai seorang yang demokrat. Mau membuka diri, berdialog atas berbagai persoalan bangsa. Di hati sebagaian masyarakat sendiri, SBY mendapat tempat sebagai seorang yang cukup populis. Ia acapkali ikut turun langsung atas berbagai persoalan bangsa. Misalnya ketika terjadi bencana alam atau masalah sosial lainnya. Sebut saja kasus Lumpur Lapindo yang tak kunjung selesai, SBY lantas berkemah di Sidoarjo, atau mendatangi warga korban banjir hingga memantau langsung kondisi aktivitas mudik di beberapa titik baru-baru ini. Kinerja SBY memang belum cukup kinclong dalam memoles bangsa menjadi lebih baik. Angka kemiskinan dan pengangguran masih cukup tinggi walaupun trennya mengalami penurunan. Begitu juga pada segi ekonomi yang belum beranjak jauh meski stabilitas ekonomi makro terjaga dan terjadi penurunan inflasi. Dari berbagai segi agaknya terjadi peningkatan meski belum pada tataran angka yang menggembirakan. Sebagian kalangan menilai SBY sebagai tokoh yang cukup piawai bermain di ranah citra. Lawan politiknya menuding berbagai aktivitas yang dilakukannya hanya merupakan upaya pencitraan. Mantan presiden Megawati Soekarnoputri secara blak-blak pernah menuding SBY hanya pandai tebar pesona dan bukan tebar kinerja. Kemunculan nama-nama pesaing SBY boleh jadi merupakan lampu kuning bagi SBY untuk memperbaiki kinerjanya. Meskipun ia pernah menyatakan tidak akan mencalonkan diri kembali sebagai presiden periode mendatang bila rakyat tidak lagi menginginkannya. Sebagian kalangan memperkirakan peluang SBY masih cukup besar untuk terpilih kembali, meninggalkan pesaingnya. Toh, hasil survey dari sejumlah lembaga survey masih menempatkan SBY pada posisi teratas terkait tingkat kepuasan publik atas kinerjanya. Peluang ini tentu akan semakin besar bila ia mampu mengisi sisa waktu pemerintahannya dengan peningkatan kinerja, khususnya terkait masalah pengentasan dan kemiskinan. Hingga kini yang menjadi pesaing terkuat perebutan orang nomor satu di Indonesia masih diisi oleh Ketua Umum Partai Persatuan Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Megawati. Nama tokoh perempuan ini mulai melejit setelah terpilih menjadi ketua umum PDI (nama PDI-P sebelumnya) secara aklamasi pada tahun Selanjutnya karir politiknya mencapai puncaknya saat ia terpilih sebagai presiden pada pada 2001 hingga 2004 menggantikan Abdurrahman Wahid yang dicabut mandatnya oleh MPR-RI. Dengan kendaraan politik partai belambang banteng “moncong putih”, sudah cukup bagi puteri sulung mantan presiden Soekarno ini menyingkirkan pesaing lainnya. Sejauh ini PDI-P masih menjadi salah partai terbesar yang mendapat dukungan kalangan masyarakat “akar rumput” yang basis massanya tersebar di berbagai daerah terutama Pulau Jawa dan Pulau Bali. Pada pemilihan presiden (Pilpres) mendatang Megawati dan PDI-P optimis menjadi pemenang setelah pada pemilihan 2004 lalu ia dikalahkan SBY pada putaran dua. Diperkirakan tokoh lain yang akan ikut meramaikan Pilpres nanti adalah kehadiran Sri Sultan Hamengku Buwono X. Bangsawan Yogyakarta ini, namanya sempat disebut-sebut pada pemilihan umum 2004, walaupun kemudian ia tak jadi dicalonkan. Baru-baru ini namanya kembali disebut-sebut sebagai bakal calon presiden. Sayangnya, seperti kata sebagian orang Sri Sultan memiliki peluang jauh di bawah kedua tokoh di atas. Itu karena kepimpinannya masih belum tentu diterima oleh masyarakat di luar Pulau Jawa. Bagaimana dengan Amien Rais? Nama mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) dan Ketua MPR-RI ini juga pernah ikut mewarnai perebutan kursi presiden pada 2004 lalu. Amien Rais merupakan salah tokoh yang dianggap pintar dan tegas. Maka ia cukup mendapat dukungan dan lolos kriteria calon presiden. Hanya saja simpatisan tokoh ini masih dari golongan tertentu seperti kaum intelektual dan akademisi, dan belum mampu “merebut hati” masyarakat bawah secara luas. Belum lagi tokoh yang didukung basis massa Muhammadiyah ini belum tentu bisa diterima kalangan “Nadhdiyin” yang jumlahnya amat besar di Indonesia. Hasilnya, ia masih menempati posisi di bawah SBY dan Megawati. Selain Amien nama lain yang disebut-sebut bakal ikut dalam Pilpres adalah Wiranto, dengan kendaraan politiknya Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Wiranto pun dinilai memiliki kriteria yang cocok sebagai calon presiden tetapi sebagian kalangan memperikarakan langkahnya akan terganjal untuk menjadi pemenang. Bukan hanya karena ia belum memiliki basis massa yang besar tetapi namanya kerap dikaitkan dengan image buruk Rezim Orde Baru. Di antara tokoh-tokoh tersebut, perebutan kursi presiden akan diramaikan dengan pendatang baru, Sutiyoso. Beberapa waktu lalu mantan Gubernur DKI ini tanpa malu-malu mendeklarasikan diri sebagai calon presiden 2009. Sayangnya, Sutiyoso belum memiliki kuda tunggangan partai politik. Ini tentu menjadi sandungan atas dirinya. Apalagi namanya belum cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia secara umum, meski Sutiyoso mengaku optimis. Yang menarik dari hiruk-pikuk perebutan kursi presiden 2009-2014 adalah kemunculan nama Jusuf Kalla. Nama wakil presiden yang juga ketua umum partai Golongan Karya ini belakangan memang cukup santer disebut-sebut sebagai calon presiden. Salah satunya, karena kegiatan barunya, rajin bertandang ke rumah sejumlah mantan presiden Indonesia dan bersilaturahmi dengan sejumlah kader partai Golkar di pelbagai daerah. Meski begitu secara resmi ia belum menyatakan kesediaannya. Ada yang meramalkan jika JK benar-benar ikut dalam bursa pencalonan presiden maka ia menjadi pesaing kuat SBY maupun Megawati. Pada Pemilu sebelumnya, partai berlambang pohon beringin itu menjadi partai pemenang Pemilu. Dengan anggaran yang memadai dan pengalaman yang cukup panjang, ke depan diperkirakan Golkar akan berupaya meningkatkan perolehan suaranya termasuk men goal kan ketua umum mereka sebagai presiden. Selain nama-nama tokoh senior di atas, belakangan mulai muncul pula nama-nama bakal calon presiden dari kalangan generasi muda yang didengung-dengungkan sebagai calon presiden alternatif. Sebut saja Ketua Umum DPP PAN Sutrisno Bachir, Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring, atau Ketua DPP Demokrat Anas Urbaningrum. Kemunculan nama tersebut tentu akan semakin meramaikan proses perebutan kursi presiden. Bahkan sebagian pengamat politik memprediksi calon presiden alternatif tersebut memiliki potensi besar sebagai pemenang dan bisa benar-benar terpilih atas dasar penilaian masih belum banyaknya peningkatan kesejahteraan rakyat selama beberapa kali pergantian kekuasaan. Semua boleh menebak-nebak. Yang jelas saat ini semua masih sumir dan ada yang tengah menunggu kemunculan tokoh baru dengan asumsi Indonesia membutuhkan tokoh yang lebih baik dari tokoh-tokoh yang sudah cukup dikenal luas. Sementara itu, boleh jadi SBY yang justru akan terpilih kembali seperti hasil survey yang masih menempatkan SBY pada posisi tertinggi calon presiden terbaik mendatang.(anas)

Senin, 02 Februari 2009

palestina



Strategi perang Israel di Gaza

Jeremy BowenEditor Timur Tengah, BBC News


Israel ingin serangan roket dari Gaza berhenti
Kini Israel dan Hamas terlibat dalam aksi yang disebut menteri pertahanan Israel Ehud Barak "perang hingga akhir" mari kita lihat pilihan yang mereka miliki.
Pertama-tama, apakah memang ini merupakan perang hingga akhir?
Bisa jadi demikian, dan bisa jadi akan lebih buruk situasinya karena jika perang sudah dimulai, tidak mudah mengontrolnya.
Tetapi terkaan yang paling mungkin adalah mereka akan terus bertempur hingga ada intervensi diplomatik yang bisa diterima kedua kubu, atau setidaknya berada di posisi yang tidak memungkinkan mereka menolak.
Para jenderal Israel selalu mempertimbangkan dua jenis waktu dalam melaksanakan operasi militer.
Yang pertama memperlihatkan bahwa mereka harus mencapai tujuan militer yang sudah ditentukan.
Israel memiliki lebih banyak pilihan dibanding Hamas
Yang kedua memperlihatkan banyaknya waktu yang tersisa sebelum tekanan internasional agar gencatan senjata ditetapkan menjadi tidak mungkin untuk ditolak.
Jam diplomatik ini berjalan seiring dengan jumlah kematian warga sipil, dan dengan jumlah warga Palestina yang tewas demikian tinggi, jam itu berdetak semakin kencang.
Hamas merupakan organisasi yang kurang konvensional.
Para pemimpinnya sadar reputasi mereka terbentuk oleh ideologi perlawanan.
Semakin menderita mereka, semakin keras mereka berjuang, semakin tinggi dukungan terhadap mereka di Timur Tengah.
Di wilayah yang penuh dengan kemarahan terhadap Israel dan sekutu baratnya, Hamas tidak akan menerima usul apapun yang akan membatasi aksi yang menurut mereka merupakan hak untuk berjuang.
Kelompok ini ingin mengirim pesan bahwa mereka tidak terintimidasi dan akan terus berjuang demi seluruh pihak di dunia yang marah dengan aksi Israel, dan juga kerumitan sekutu baratnya.
Akan tetapi kepemimpinan Hamas sangat cerdik. Kelompok ini mungkin akan menerima kesepakatan yang membuatnya semakin diakui di panggung internasional dan memberi napas baru pada pasukannya.
Namun untuk saat ini Israel masih menjalankan rencananya, mencoba untuk menguasai keadaan.
Dan Israel mendapat perlindungan dari pemerintahan Bush, yang masih memanfaatkan tembakan diplomatis di bulan terakhir kekuasaannya dengan mengatakan gencatan senjata memang diinginkan, tetapi hanya jika Hamas menghentikan aksi penembakan.
Disaat perang masih berlangsung, Israel memiliki lebih banyak pilihan dibandingkan Hamas.
Perang tak seimbang
Israel memiliki militer yang kuat dan modern. Hal ini tidak berarti kemenangan standar secara militer sudah pasti, karena jika sudah pasti Irak sudah menggempur Gaza sejak dulu.
Israel memiliki militer modern
Perang di Gaza, seperti juga banyak konflik lain di dunia saat ini, merupakan pertempuran antara si kuat dan si lemah.
Para pakar strategi menyebutnya perang asimetris atau tak seimbang.
Dalam perang seperti ini, kubu yang lemah sadar mereka tidak punya harapan untuk mengalahkan si kuat dalam perang frontal.
Jadi, mereka berusaha memperkuat kemampuan yang dimiliki dan mendayagunakannya untuk menyerang titik yang dianggap sebagai titik lemah.
Contoh yang paling ekstrim adalah pukulan luar biasa yang dihasilkan oleh sekelompok kecil pembajak yang menabrakkan pesawat komersial ke gedung World Trade Center 11 September 2001.
Hamas sangat ingin memukul Israel sekuat mungkin dan telah mengancam untuk mengerahkan pembom bunuh diri dan juga roket.
Tetapi organisasi ini ingin juga membuat pukulan dari Israel balik memukul.
Sejak tekanan internasional terhadap israel diawali dengan jumlah korban yang tewas dari kalangan warga Palestina, satu caranya adalah berkonsentrasi dalam perang media.
Ini sangat berarti dalam perang tidak seimbang.
Menang dalam perang media di dunia yang tidak pernah berhenti dari komunikasi langsung, merupakan bagian besar dalam memenangkan perang.
Ketika jenderal Wesley Clark dari Amerika menjadi komandan pasukan Nato di Kosovo tahun 1999, dia selalu memasang stasiun televisi berita di kantornya selama 24 jam.
Israel untuk saat ini melarang wartawan internasional masuk ke Gaza.
Garis yang konsisten
Negara itu jug amenyatakan sebagian besar wilayah Israel di perbatasan Gaza sebagai zona militer tertutup yang memberi kekuasaan pada tentara untuk mengusir para wartawan.
Jumlah warga sipil yang tewas banyak, Israel mendapat tekanan
Juru bicara Israel di seluruh dunia ters mengemukakan pernyataan yang konsisten.
Mereka berulang kali, tanpa lelah, menegaskan bahwa Israel bertindak untuk membela diri, bahwa wilayah kedaulatannya dilanggar oleh serangan roket dan bahwa negara manapun yang berada dalam posisi itu akan melakukan hal yang sama.
Selain pernyataan menteri pertahanan mengenai perang hingga akhir, tampaknya ada upaya untuk tidak mempergunakan kata-kata yang bombastis.
Hal berbeda terjadi dalam perang di Lebanon tahun 2006, membebani Israel dengan visi kemenangan yang sangat tidak mungkin tercapai.
Namun Israel juga ingin mengirim pesan lain.
Negara itu menyerang simbol-simbol kekuasan dan prestise Hamas, seperti Universitas Islam di Gaza.
Israel yakin bisa merusak posisi Hamas sehingga tidak akan bisa lagi melontarkan roket melintasi perbatasan.
Negara ini memanda satu cara untuk memisahkan kepemimpinan Hamas dan pendukung utamanya dari warga Palestina di Gaza adalah dengan memperlihatkan betapa besar kerusakan yang diderita warga akibat tindakan Hamas.
Hal itu tampaknya tidak akan terjadi.
Bagi warga Palestina, apapun yang dikatakan oleh Israel soal serangan itu adalah hinaan terhadap semua pihak.
Untuk Israel sendiri, ini bukan hanya menggalahkan Hamas semata.
Negara itu ingin menghilangkan rasa ragu terhadap kompentensi militer Israel yang tercipta sejak dipaksa berperang hingga akhir oleh Hezsbollah Lebanon tahun 2006.
Israel menyebutnya memperbaiki kekuatan militer. Artinya mereka ingin membuat calon musuh takut akan kemungkinan aksi yang bisa dilakukan oleh Israel.

Senin, 24 November 2008

anak nakal

Berita Guru Favorit
Sabtu, 28 Agustus 2004Susahnya Ngurus Murid NakalYANG namanya kelas pasti dihuni wali kelas, guru dan murid-murid. Dan guru bertugas untuk mengajar dan mendidik. Tapi, coba kalau kita bayangkan seorang guru menghadapi 30-40 murid yang berbeda karakter. Wah, pasti diperlukan kesabaran yang ekstra tuh! Apalagi kalau mengahadapi murid yang nakal, pasti susah banget ngurusnya. Kaya penuturan simpatik kawan kita Yanti terhadap sosok seorang guru yang susahnya ngurus murid nakal. "Emang bener, yang namanya guru itu mempunyai jasa yang besar terhadap masa depan kita. Gimana kalau nggak ada guru? Kita nggak bakalan bisa sampe kaya gini," tutur cewek SMAN 2 ini.
"Kalau ngeliatin temen-temen yang selalu bikin ulah di kelas atau di sekolah, kadang aku jadi pengen marah juga. Abis, kalau di kelas dia nggak bisa diam, pastikan ganggu kita-kita yang serius belajar," tambah cewek kelas 3 ini.
Pernyataan Yanti, juga didukung Arthur. "Kadang aku ngebayangin gimana kalau aku jadi guru menghadapi murid-murid yang ngebetein banget. Kalau nggak sabaran, bisa-bisa main pukul," cetus cowok kelas 3 SMAN 1 ini. Hal yang sama juga disampaikan Ria. "Yup, menurutku kalau menghadapi orang kaya gitu, lebih baik di skorsing aja, biar kapok," gerutu Ria, cewek kelas 2 SMAN 2 ini. Wah, apa nggak terlalu radikal tuh? Tapi lain dengan Yessy yang ada di SMAN 3 ini. "Kalau menurutku, awalnya sih diberi teguran aja, tapi kalau tetap bikin masalah di kelas apalagi di sekolah, skorsing bagus banget dijadikan pilihan utama," timpal cewek hitam manis ini dengan bijak. Gimana dengan komentar seorang guru dalam menghadapi murid yang nakal? Seperti penuturan Herbet Sitompul, salah seorang guru di SMAN 1 ini, mengatakan bahwa, sosok seorang guru yang selain sebagai tenaga pengajar, dia juga harus dapat mendidik dan sebagai teladan anak didiknya tadi.
"Sudah menjadi tantangan dan tanggung jawab bagi kami seorang guru dimanapun, untuk dapat mengarahkan anak didiknya menjadi orang yang terbaik," tegas guru yang dikenal dekat dengan anak didiknya di SMAN 1 ini. (vicco)

jakarta

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibukota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti ibu kota) dalam tempo dua hari.[2] Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibukota Tarumanagara yang disebut Sundapura.
Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Orang Eropa pertama yang datang ke Jakarta adalah orang Portugis. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah di mana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda disana termasuk sahbandar pelabuhan. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni adalah berdasarkan tragedi penaklukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527 dan mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kemenangan".
Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menaklukan Jayakarta dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. (Lihat Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Republik Rakyat Cina, dan pesisir Malabar, India. Mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas orang Jakarta atau dikenal dengan orang Betawi.
Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari keluar kota dan melakukan perlawanan terhadap Belanda. Dengan selesainya Koningsplein (Gambir) pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tahun 1910, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Di awal abad ke-20, Batavia di utara, Koningspein, dan Mester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi menjadi sebuah kota.
Penjajahan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi Jakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.
Semenjak dinyatakan sebagai ibukota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari dua. Berbagai kantung pemukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Rawamangun, dan Pejompongan. Pusat-pusat pemukiman juga banyak dilakukan secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara lainnya (dikenal dengan awalan "kompleks").
Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara lain Gelora Bung Karno, Mesjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula poros Sudirman-Thamrin mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota. Pusat pemukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.
Template Design by SkinCorner from Jack Book